1. Definisi Lipid
Lipida adalah senyawa organik
berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air, yang dapat diekstrak
dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform, atau eter.
Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau triasilgliserol yang
merupakan bahan bakar utama bagi semua organisme. Memang, golongan ini adalah
bentuk energi kimia simpanan yang paling penting.
Lipida polar, golongan lipida
yang lain adalah
komponen utama membran sel yaitu “tempat” terjadinya
reaksi-reaksi metabolik. Membran melindungi sel dari lingkungan dan juga
memungkinkan adanya kompartemen-kompartemen dalam sel untuk aktivitas
metabolik. Tetapi, membran bukan hanya sekedar kulit pembungkus sel yang
bersifat inert: membran mengandung banyak enzim penting dan sistem transport.
Tambahan pula, pada permukaan luar membran sel terletak banyak sisi pengenalan
atau reseptor yang berbeda-beda, yang dapat mengenali sel lain, mengikat
hormon, dan merasakan berbagai syarat lain dari lingkungan luar. Banyak sifat
membran sel yang merupakan pencerminan kandungan lipida polarnya (Thenawidjaja,
2006).
Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan
manusia), asam lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya
(biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ berkloroplas
lain. Beberapa tanaman penghasil lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun.
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan
tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri
kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau
mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari
luar ini dikenal sebagai asam lemak
esensial karena
tidak memiliki enzim untuk
menghasilkannya.
Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau
tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi.
2. Struktur Lipid
Gambar 1. Asam lemak terdiri dari dari gugus
karboksilat dan rantai karbon (R) yang terdiri dari atom H dan C.
Gambar 2. Struktur lipid tidak jenuh (kiri) dan
struktur lipid jenuh (kanan)
3. Pembentukan Malonil Koenzim A
Merupakan langkah yang menentukan pada sintesis asam
lemak. Bikarbonat diperlukan untuk biosintesis asam lemak
merupakan petunjuk penting untuk mengungkapkan proses ini. Sintesis asam lemak
diawali dengan karboksilasi asetil KoA menjadi malonil KoA. Reaksi yang
ireversibel ini merupakan tahap awal menuju sintesis asam lemak.
Sintesis malonil KoA dikatalisis oleh asetil KoA
karboksilase, yang mengandung gugus prostetik biotin. Gugus karboksil biotin
berikatan kovalen dengan gugus amino pada residu lisin, seperti halnya piruvat
karboksilase. Kesamaan lainnya antara asetil KoA karboksilase dan piruvat
karboksilase ialah bahwa asetil KoA mengalami karboksilasi dalam dua tahap.
Pertama, zat-antara karboksibiotin terbentuk dengan
menggunakan ATP. Gugus C02 aktif dalam zat-antara ini kemudian dipindahkan ke
asetil KoA membentuk malonil KoA.
4. Kompleks Asam Lemak Sintase
Asam lemak sintase
merupakan enzim besar yang terdiri dari dimer yang identik, yang masing-masing
subunitnya (monomer) memiliki tujuh aktivitas enzim asam lemak sintase pada
rantai polipeptida. Setiap monomernya berberat molekul 240.000 dan memiliki
sebuah protein pembawa asil (ACP,acyl carrier protein). Fungsi ACP dalam
sintesis asam lemak adalah bertindak sebagai suatu karier perantara. Segmen ACP
memiliki sebuah residu 4-fosfopanteteinil yang berasal dari pemutusan koenzim
A. Kedua subunit tersebut tersusun(kepala ke leher). Salah satu subunit
bergandengan dengan gugus fosfopanteteinil sulfhidrilsedangkan subunit yang
lainnya bergandengan dengan sisteinil sulfhidril.
Pada
proses ini, gugus asetil dari asetil KoA akan dipindahkan ke gugus
fosfopanteteinilsulfhidril ACP pada satu subunit, dan kemudian ke gugus
siteinil sulfhidril pada subunit yang lainnya. Gugus malonil dari malonil KoA
kemudian melekat ke gugus fosfopanteteinilsulfhidril ACP pada subunit pertama.
Gugus asetil dan malonil berkondensasi sehingga menyebabkan pelepasan gugus
karboksil malonil sebagai karbondioksida. Kemudian sebuah rantai keto asil (C4)
akan melekat pada gugus fosfopanteteinil sulfhidril.
Rantai
asil lemak 4-karbon tersebut kemudian dipindahkan ke gugus sisteinil sulfhidril
dan kemudian bergabung dengan sebuah gugus malonil. Urutan reaksi ini terus
menerus dilakukan sehingga panjang rantai mencapai 16 karbon (palmitat). Dalam
tahap ini, palmitat dibebaskan. Selanjutnya palmitat dapat mengalami desaturasi
atau pemanjangan rantai.
Gambar 4.
Sintesis Palmitat
5. Pembentukan Asetil-KoA dibantu siklus asam
sitrat
Sintesis palmitat memerlukan 8 molekul asetil KoA, 14
NADPH, dan 7 ATP. Asam lemak disintesis di sitosol, sedangkan asetil KoA
terbentuk dari piruvat di mitokondria. Dengan demikian, asetil KoA harus dipindahkan dari
mitokondria ke sitosol. Akan tetapi, mitokondria tidak permeabel bagi asetil
KoA. Ingat bahwa karnitin hanya membawa asam lemak rantai panjang. Rintangan
bagi asetil KoA dapat diatasi oleh sitrat, yang mengangkut gugus-gugus asetil
melintasi membran bagian dalam mitokondria. Sitrat terbentuk di dalam
matriks mitokondria dari kondensasi asetil KoA dengan oksaloasetat. Apabila kadarnya tinggi, sitrat diangkut ke
sitosol, tempat ia akan dipecah oleh ATP-sitrat liase. Jadi, asetil KoA dan
oksaloasetat dipindahkan dari dalam mitokondria ke sitosol dengan menggunakan
ATP.
Gambar 5. Pembentukan Asetil-KoA dibantu siklus
asam sitrat.
6. Sumber NADPH Untuk Sintesis Asam Lemak
Oksaloasetat yang terbentuk pada perpindahan gugus
asetil ke sitosol kini harus dikembalikan ke mitokondria. Membran bagian dalam
mitokondria tidak permeabel bagi oksaloasetat. Dengan demikian, diperlukan serangkaian reaksi pintas. Yang
terpenting, reaksi-reaksi ini banyak menghasilkan NADPH, yang diperlukan untuk
sintesis asam lemak. Pertama, oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh NADP. Reaksi ini dikatalisis oleh malat dehidrogenase di sitosol sehingga menghasilkan piruvat +CO2 dan hasil utama berupa NADPH.
Gambar 6.
Pembentukan NADPH.
7. Sintesis
Triasilgliserol
Triasilgliserol merupakan ester dari gliserol
dan asam lemak. Gliserol 3 fosfat dapat diperoleh dari fosforilasi gliserol dan
dari glikolisis. Gliserol diperoleh dari jalur glikolisis. Jalur glikolisis
dimulai dari bahan glukosa hingga menjadi bentuk DHAP. Dihidroksiaseton fosfat
(DHAP) selanjutnya direduksi oleh gliserol3 fosfat dehidrogenase menjadi
gliserol 3 fosfat. Proses selanjutnya dapat diterangkan dengan tahap-tahap
berikut:
1. Gliserol 3-fosfat yang sudah tersedia (baik
dari fosforilasi gliserol maupun dari jalur glikolisis) akan ditambahkan dengan
grup asil. Proses ini dikatalisis oleh gliserol 3-fosfat asiltransferase
sehingga akan membentuk asam lysofosfatidat.
2. Grup asil lainnya akan ditambahkan pada asam
lysofosfatidat untuk membentuk asam fosfatidat. Proses ini juga dikatalisis
oleh enzim asiltransferase.
3. Asam fosfatidat mengalami defosforilasi dan
menghasilkan diasilgliserol.
4. Diasilgliserol bergabung dengan grup asil yang
lain yang dikatalisis oleh asiltransferase hingga membentuk triasilgliserol.
Dalam pemakaian
triasilgliserol, asam lemak pertama dari triasilgliserol dikatalisis oleh
triasilgliserol lipase. Dua asam lemak sisanya dibuang oleh lipase tambahan.
Setelah transport mereka ke jaringan dimana mereka akan digunakan, asam lemak
yang dilepaskan diesterifikasikan dengan KoA, kemudian di transport ke dalam
mitokondria oleh carnitine shuttle dan didegradasi menjadi asetil KoA oleh
enzim ß-oksidasi.
Gambar 7.
Pembentukan triasil gliserol.
Gambar 8.
Struktur triasilgliserol.
DAFTAR PUSTAKA
Colby, D. S.
1988. Harper Ringkasan Biokimia.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Martoharsono,
S. 1976. Biokimia Jilid 2. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Ohlrogge, J.
dan Browse, J. 1995. Lipid Biosynthesis.The
Plant Cell. Vol. 7: 957-970.
Thenawidjaja,
M. 2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar